Hidup dan aku tinggal seatap.
Dia menjadi eksistensiku dan aku media tertingginya.
Kami terikat dalam satu paket esensi kehidupan, dan tidak dijual terpisah.
Selalu sejalan meski tak bergandengan tangan dengannya adalah potret hubunganku dengannya.
Meski saling membutuhkan aku tidak berani mengajaknya bercanda ataupun gegabah memegang tangannya.
Bukan karena wataknya yang serius, tapi saat dia bermain...
langit dihatiku bisa berawan bahkan runtuh.
Begitupun saat dia membelakangiku, maka ragaku akan lebih cepat dijemput bumi.
Tak terlalu dekat dan tak terlalu jauh menjadi jarak yang kubuat dengannya.
Bukan karena dia kejam saat bersekutu dengan takdir,
Bukan pula dia begitu manis saat membawa berkat sorgawi.
Tapi lebih daripada penghormatanku pada kehidupan
dan syukur pada Dia yang menyatukan kami.
Aku menghargai hidup beserta segala pemberiannya
dan hidup memperlakukanku dengan baik.
Senin, 28 September 2009
"Perempuan dan Mimpinya"(28/02/06) 17:05
Aku terbangun dari tidurku...
Sebagai setangkai mawar yang baik dan wangi.
Katanya setiap helai tubuhku terwariskan keindahan surga,
sehingga disetiap gerak gerik terwakilkan kelembutan dewi.
Cantiknya kepribadian itu menjadi kontras
ketika duri mewakili kemandirian; setengah dari dewa.
Aku menjelma menjadi suatu wujud yang adil
tanpa ada sisi arogan tetapi elegan.
Membangun sebuah kodrat dalam taman kehidupan adalah sebuah kewajiban yang bukan pilihan,
tapi lebih dari sebuah sentuhan manis yang membangun integritasku sebagai bunga.
Sejak awal aku tumbuh dengan mimpi untuk bisa mekar dimusim semi.
Hari-hariku penuh persiapan dan pembenahan diri,
agar kuncup benar-benar layak menjadi bunga yang utuh.
Tak peduli apa esok aku masih ada dan berdirih tegak menatap matahari.
Namun sebagai bunga; aku harus menggenapi takdirku
untuk mekar dimusim semi dan dibawa pulang oleh seorang pemilik.
Sebagai setangkai mawar yang baik dan wangi.
Katanya setiap helai tubuhku terwariskan keindahan surga,
sehingga disetiap gerak gerik terwakilkan kelembutan dewi.
Cantiknya kepribadian itu menjadi kontras
ketika duri mewakili kemandirian; setengah dari dewa.
Aku menjelma menjadi suatu wujud yang adil
tanpa ada sisi arogan tetapi elegan.
Membangun sebuah kodrat dalam taman kehidupan adalah sebuah kewajiban yang bukan pilihan,
tapi lebih dari sebuah sentuhan manis yang membangun integritasku sebagai bunga.
Sejak awal aku tumbuh dengan mimpi untuk bisa mekar dimusim semi.
Hari-hariku penuh persiapan dan pembenahan diri,
agar kuncup benar-benar layak menjadi bunga yang utuh.
Tak peduli apa esok aku masih ada dan berdirih tegak menatap matahari.
Namun sebagai bunga; aku harus menggenapi takdirku
untuk mekar dimusim semi dan dibawa pulang oleh seorang pemilik.
"Mimpi Indah Seorang Pinggiran" (30/10/03) 13:13
Tuhanku......
Apa boleh aku memimpikannya malam ini?
Karena untuk bermimpi disiang hari, rasanya sakit...
Terlalu nyata jauhnya untuk orang sekecil aku.
Tuhanku.......
Bisa tidak, aku memilikinya dimimpiku?
Karena untuk memeluknya seerat ini, sangat mustahil...
Terlalu mewah untuk pemimpi pinggiran seperti aku.
Tuhanku.......
Apa bisa aku hadir dimimpinya sesaat?
Karena untuk bermimpi sendiri, tidak menolong...
Terlalu banyak yang ingin dibagi oleh pecinta segila aku.
(Dedicated to someone that i adore RS)
Apa boleh aku memimpikannya malam ini?
Karena untuk bermimpi disiang hari, rasanya sakit...
Terlalu nyata jauhnya untuk orang sekecil aku.
Tuhanku.......
Bisa tidak, aku memilikinya dimimpiku?
Karena untuk memeluknya seerat ini, sangat mustahil...
Terlalu mewah untuk pemimpi pinggiran seperti aku.
Tuhanku.......
Apa bisa aku hadir dimimpinya sesaat?
Karena untuk bermimpi sendiri, tidak menolong...
Terlalu banyak yang ingin dibagi oleh pecinta segila aku.
(Dedicated to someone that i adore RS)
Minggu, 27 September 2009
"Pagi Dihidupku" (02/03/06) 17:20
Menjelang fajar;
Aku berlari kecil untuk sebuah langkah besar dihidupku.
Meski dengan sedikit kemanjaan pagi hari;
Kubangun dari tidurku untuk sebuah awal.
Aku harus berpacu dengan waktu,
merelakan waktu mainku berputar sedikit cepat dan menahannya disuatu tempat;
dimana aku sedang membuka jendela dunia.
Meski ini menjadi arti tanggung jawab pertama bagiku,
tapi aku melakukannya dengan ringan langkah.
Aku ingin tahu;
Mengapa matahari hanya muncul disiang hari?
Kenapa bulan punya sinar yang indah dimalam hari?
Mungkin juga untuk sebuah jawaban;
Kenapa air tak bisa kugenggam sementara waktu
tak bisa berhenti?
Aku ingin sebuah kepastian!!
tentang semua yang menakjubkan dihidup.
Aku ingin menjelang fajar dengan hati yang tersenyum
karena telah melihat dunia dari tempat dudukku.
(my desire about education)
Aku berlari kecil untuk sebuah langkah besar dihidupku.
Meski dengan sedikit kemanjaan pagi hari;
Kubangun dari tidurku untuk sebuah awal.
Aku harus berpacu dengan waktu,
merelakan waktu mainku berputar sedikit cepat dan menahannya disuatu tempat;
dimana aku sedang membuka jendela dunia.
Meski ini menjadi arti tanggung jawab pertama bagiku,
tapi aku melakukannya dengan ringan langkah.
Aku ingin tahu;
Mengapa matahari hanya muncul disiang hari?
Kenapa bulan punya sinar yang indah dimalam hari?
Mungkin juga untuk sebuah jawaban;
Kenapa air tak bisa kugenggam sementara waktu
tak bisa berhenti?
Aku ingin sebuah kepastian!!
tentang semua yang menakjubkan dihidup.
Aku ingin menjelang fajar dengan hati yang tersenyum
karena telah melihat dunia dari tempat dudukku.
(my desire about education)
"Perahu kecil dan Mimpinya" (28/02/06) 13:00
Aku yang cuma perahu kecil;
Yang belum punya arti tanpa sebuah sauh;
Jauh dari kesan tangguh;
Yang diam-diam punya mimpi bertemu samudra....
kemarin telah dibawa pergi oleh anak sungai.
Bermodalkan keakuan yang belum bisa menjadi
layar terkembang;
Kemauan yang belum cukup pantas dipanggil nakodah;
Serta labilnya dayung dalam kemudaanku;
Kuberanikan diri bermuara menuju lautan dan melihat kehidupan lebih dekat.
Ketika dia pasang, aku harus tabah mendapati
kecilnya aku dalam genggaman ombak dan biarkan badai menempahku dengan tujuan akhir;
tidak untuk karam.
Ketika dia surut, aku harus kuat melihatku terdampar
jauh dari mimpiku.
Berdiam diri sejenak dalam perenungan,
agar laut mendapatiku lebih bijak dari sebelumnya.
Aku cuma perahu kecil;
Yang belum punya arti tanpa sebuah sauh;
Hari ini telah melewati lautan dan menuju samudra luas.
Yang belum punya arti tanpa sebuah sauh;
Jauh dari kesan tangguh;
Yang diam-diam punya mimpi bertemu samudra....
kemarin telah dibawa pergi oleh anak sungai.
Bermodalkan keakuan yang belum bisa menjadi
layar terkembang;
Kemauan yang belum cukup pantas dipanggil nakodah;
Serta labilnya dayung dalam kemudaanku;
Kuberanikan diri bermuara menuju lautan dan melihat kehidupan lebih dekat.
Ketika dia pasang, aku harus tabah mendapati
kecilnya aku dalam genggaman ombak dan biarkan badai menempahku dengan tujuan akhir;
tidak untuk karam.
Ketika dia surut, aku harus kuat melihatku terdampar
jauh dari mimpiku.
Berdiam diri sejenak dalam perenungan,
agar laut mendapatiku lebih bijak dari sebelumnya.
Aku cuma perahu kecil;
Yang belum punya arti tanpa sebuah sauh;
Hari ini telah melewati lautan dan menuju samudra luas.
"Salah Menduga" (10/02/06) 10:40
Karena kupikir hidup itu hanya menjalani,
maka setiap hari kuisi dengan bermimpi.
Sangkah ku cukup dengan sebuah sayap harapan
aku segera memiliki mimpiku sendiri;
tanpa kuatir ada yang mencurinya,
ada yang lebih dulu memimpikannaya ataupun memilikinya.
Aku kurang menyadari jika mimpi itu memiliki
pintu dan kunci yang harus kucari dibalik usaha.
Karenanya kuyakinkan pikiranku untuk berjuang lebih
melebihi sebuah gerakan kecil.
Sampai akhirnya waktu buatku sadar,
bahwa aku tidak pernah beranjak dari tempat tidurku.
Bahkan seluruh waktuku habis untuk bermain dengan bantal-bantal empuk, yang masih terus bermanja dengan hangatnya selimut malam.
Aku kehilangan berkat disetiap pagi ditahun-tahun hidupku dan tak pernah bertemu matahari;
yang katanya sahabat dekat dari kehidupan.
Jika saja aku tahu apa itu hidup, takkan gegabah kubermimpi dengan pengetahuan terbatas.
Klak aku akan lebih bijak dengan mimpiku.
Karena jika aku memiliki sayap, aku harus bisa terbang!.
maka setiap hari kuisi dengan bermimpi.
Sangkah ku cukup dengan sebuah sayap harapan
aku segera memiliki mimpiku sendiri;
tanpa kuatir ada yang mencurinya,
ada yang lebih dulu memimpikannaya ataupun memilikinya.
Aku kurang menyadari jika mimpi itu memiliki
pintu dan kunci yang harus kucari dibalik usaha.
Karenanya kuyakinkan pikiranku untuk berjuang lebih
melebihi sebuah gerakan kecil.
Sampai akhirnya waktu buatku sadar,
bahwa aku tidak pernah beranjak dari tempat tidurku.
Bahkan seluruh waktuku habis untuk bermain dengan bantal-bantal empuk, yang masih terus bermanja dengan hangatnya selimut malam.
Aku kehilangan berkat disetiap pagi ditahun-tahun hidupku dan tak pernah bertemu matahari;
yang katanya sahabat dekat dari kehidupan.
Jika saja aku tahu apa itu hidup, takkan gegabah kubermimpi dengan pengetahuan terbatas.
Klak aku akan lebih bijak dengan mimpiku.
Karena jika aku memiliki sayap, aku harus bisa terbang!.
"Sepucuk Surat Untuk Kekasih Pertamaku" (14/03/05) 24:00
Kita memulainya bersama;
Saat matahari masih hangat untuk disentuh.
Berjanji mengakhirinya bersama diujung waktu;
Disuatu tempat dimana matahari bersinar dengan warna emas.
Hanya saja terik cahayanya siang tadi telah melemahkan hatiku;
Saat ada jiwa yang menawarkan bayangannya untukku berteduh sejenak dari fananya hidup.
Aku kehausan dan dia menawarkanku madu
dimana aku harus berbagi cangkir dengannya.
Ketika cangkir itu pecah, aku membutuhkan air layaknya lautan;
Lautan yang membuatku mabuk dalam geloranya.
Kusadari bahwa hatiku padamu tidak terselamatkan lagi.
Aku telah menghentikan waktu milik kita.
Aku telah jauh meninggalkanmu dalam fatamorgana yang menyiksa.
Tak pernah kutahu jalan kembali ke hatimu;
tempat dimana aku menyentuh matahari.
Jiwanya telah menawan hatiku ditempat yang sangat dalam, jauh dari cahaya yang dapat mengawalku padamu.
Tapi dimanapun kau berada sekarang;
Aku yakin kau sedang menikmati cahaya emas itu.
Tidak ditempat kita...,
karena tempat itu tidak ter-peta-kan lagi;
Tetapi dimata orang yang kau cintai, begitupun aku....
Kita memang tidak pernah sampai ditempat tujuan kita,
namun kita berdua telah melihat cahaya itu dengan cara yang sama.
Saat matahari masih hangat untuk disentuh.
Berjanji mengakhirinya bersama diujung waktu;
Disuatu tempat dimana matahari bersinar dengan warna emas.
Hanya saja terik cahayanya siang tadi telah melemahkan hatiku;
Saat ada jiwa yang menawarkan bayangannya untukku berteduh sejenak dari fananya hidup.
Aku kehausan dan dia menawarkanku madu
dimana aku harus berbagi cangkir dengannya.
Ketika cangkir itu pecah, aku membutuhkan air layaknya lautan;
Lautan yang membuatku mabuk dalam geloranya.
Kusadari bahwa hatiku padamu tidak terselamatkan lagi.
Aku telah menghentikan waktu milik kita.
Aku telah jauh meninggalkanmu dalam fatamorgana yang menyiksa.
Tak pernah kutahu jalan kembali ke hatimu;
tempat dimana aku menyentuh matahari.
Jiwanya telah menawan hatiku ditempat yang sangat dalam, jauh dari cahaya yang dapat mengawalku padamu.
Tapi dimanapun kau berada sekarang;
Aku yakin kau sedang menikmati cahaya emas itu.
Tidak ditempat kita...,
karena tempat itu tidak ter-peta-kan lagi;
Tetapi dimata orang yang kau cintai, begitupun aku....
Kita memang tidak pernah sampai ditempat tujuan kita,
namun kita berdua telah melihat cahaya itu dengan cara yang sama.
"Cerita dibalik Sayap" (17/01 /05) 21:00
Dimatamu kutemukan tujuan akhir setiap hati.
Sayang jalannya tak terlihat jelas,
karena sekumpulan kabut pagi tadi;
lebih mengawalku pada tempat yang paling tinggi untuk jatuh.
Ketika siang tiba aku baru menyadari...
jariku telah menyentuh langit dan kakiku hanya ditopang sekumpulan awan;
yang setiap saat dapat dengan mudah menghempaskanku dari mimpi itu.
Berada dipuncak hati semuanya terlihat begitu indah.
Tapi angin begitu kencang;
Kekuatannya buatku terlempar jauh dalam sebuah malam
yang penuh dengan aroma gelap tanpa bintang.
Sebuah tatapan setia pastikan hatiku melewati jalan dimatamu.
Jalan yang pernah kupandang setengah hati.
Cahayanya menuntunku pada tempat indah yang pernah kukagumi saat berada diketinggian.
Tak kukira sebelumnya; tempat itu adalah hatimu.
Kekuatan aneh telah membawaku kembali ketempat berkabut itu.
Tapi kali ini jalannya terlihat jelas;
Jalan menuju hatimu, tempat aku dimiliki.
Sayang jalannya tak terlihat jelas,
karena sekumpulan kabut pagi tadi;
lebih mengawalku pada tempat yang paling tinggi untuk jatuh.
Ketika siang tiba aku baru menyadari...
jariku telah menyentuh langit dan kakiku hanya ditopang sekumpulan awan;
yang setiap saat dapat dengan mudah menghempaskanku dari mimpi itu.
Berada dipuncak hati semuanya terlihat begitu indah.
Tapi angin begitu kencang;
Kekuatannya buatku terlempar jauh dalam sebuah malam
yang penuh dengan aroma gelap tanpa bintang.
Sebuah tatapan setia pastikan hatiku melewati jalan dimatamu.
Jalan yang pernah kupandang setengah hati.
Cahayanya menuntunku pada tempat indah yang pernah kukagumi saat berada diketinggian.
Tak kukira sebelumnya; tempat itu adalah hatimu.
Kekuatan aneh telah membawaku kembali ketempat berkabut itu.
Tapi kali ini jalannya terlihat jelas;
Jalan menuju hatimu, tempat aku dimiliki.
"Me and God Loves u" (12/01/05) 15:15
Ini tentang lelaki yang kucintai dan disayang Tuhan;
Suatu kali dia berkunjung ke taman surga,
dan meminta sekuntum bunga; milik seorang Bapa.
Dengan ketulusannya dia memenangkan hati Bapa.
Sang Bapa mengizinkannya membawa si bunga dengan waktu.
Setiap hari dia bekerja keras, membuat bunga itu nyaman untuk tumbuh dan menjadi kesayangannya.
Si bungapun akhirnya mekar dengan indah,
wanginya menarik semua pemilik hati.
Dia memeliharanya dengan harapan si Bapa tersentuh dengan kesungguhannya
dan mengizinkan bunga itu menjadi miliknya.
Bukan karena bunga itu secantik mawar merah,
Bukan pula melatih putih yang wangi,
Tapi karena bunga itu adalah aku;
yang telah kau pindahkan dengan layak dari sebuah taman kedalam hatimu.
Suatu kali dia berkunjung ke taman surga,
dan meminta sekuntum bunga; milik seorang Bapa.
Dengan ketulusannya dia memenangkan hati Bapa.
Sang Bapa mengizinkannya membawa si bunga dengan waktu.
Setiap hari dia bekerja keras, membuat bunga itu nyaman untuk tumbuh dan menjadi kesayangannya.
Si bungapun akhirnya mekar dengan indah,
wanginya menarik semua pemilik hati.
Dia memeliharanya dengan harapan si Bapa tersentuh dengan kesungguhannya
dan mengizinkan bunga itu menjadi miliknya.
Bukan karena bunga itu secantik mawar merah,
Bukan pula melatih putih yang wangi,
Tapi karena bunga itu adalah aku;
yang telah kau pindahkan dengan layak dari sebuah taman kedalam hatimu.
"Janji Setangkai Mawar" (17/11/04) 01:00
Siapakah kekasih yang membawaku ketaman surga?
Menyiangiku setiap hari, mengagumi kelopakku dan
dengan sepenuh jiwa setia pada pesonaku?
Seingatku aku berada disebuah pekarangan;
tinggal serumah dengan rumput dan belukar.
Aku hanya sesekali dirawat oleh musim dan waktu;
dibiarkan tumbuh dalam kesepian tanpa bisa bermimpi.
Tapi lihatlah sekarang.....!!!
Aku tumbuh dengan baik dalam hati seorang pemilik.
Tidak ada lagi tangan jahil menyentuhku dan
buatku terhukum dalam sebuah jambangan disudut ruang.
Bahkan aku yang sebelumnya tidak tahu namaku;
sampai kau menyapaku dengan sebutan "Mawarku" disuatu pagi...
terdengar aneh tapi aku menyukainya karena kau yang memanggilnya.
Aku jadi mengenal warnaku karena kau dan menghadiahkanmu keharuman
adalah rasa syukurku pada sang pemilik surga.
Untuk semua cintamu padaku, kan kubuat kau melihat merahnya cintaku...
Dan janjiku padamu...
"Kau takkan pernah bermimpi buruk karena duriku"
Menyiangiku setiap hari, mengagumi kelopakku dan
dengan sepenuh jiwa setia pada pesonaku?
Seingatku aku berada disebuah pekarangan;
tinggal serumah dengan rumput dan belukar.
Aku hanya sesekali dirawat oleh musim dan waktu;
dibiarkan tumbuh dalam kesepian tanpa bisa bermimpi.
Tapi lihatlah sekarang.....!!!
Aku tumbuh dengan baik dalam hati seorang pemilik.
Tidak ada lagi tangan jahil menyentuhku dan
buatku terhukum dalam sebuah jambangan disudut ruang.
Bahkan aku yang sebelumnya tidak tahu namaku;
sampai kau menyapaku dengan sebutan "Mawarku" disuatu pagi...
terdengar aneh tapi aku menyukainya karena kau yang memanggilnya.
Aku jadi mengenal warnaku karena kau dan menghadiahkanmu keharuman
adalah rasa syukurku pada sang pemilik surga.
Untuk semua cintamu padaku, kan kubuat kau melihat merahnya cintaku...
Dan janjiku padamu...
"Kau takkan pernah bermimpi buruk karena duriku"
Jumat, 25 September 2009
"Pertemuan dengan Plato" (20/05/04) 20:08
Pelayaran panjangku dimulai;
Saat kutemukan samudera indah disepasang mata
yang ingin kuarungi dengan seluruh waktu nafasku.
Sesuatu telah membuatnya dengan pesona.
Dan tanpa ragu kuambil tuk taklukkan pandangannya;
agar perahu kecilku semakin dekat dengan hatinya.
Sesekali kumampu menggugah sombongnya ombak,hujan dan malam
yang berkacak pinggang menatapku remeh.
Tak jarang kuteguk asinnya dan merasakan pedih dari luka yang tak kudsadari.
Meski akhirnya aku berakhir seperti karang
yang tak pernah terlihat oleh matahari;
Menemanimu dan mengagumimu diam-diam dari bawah,
Hingga duduk sendiri dengan cintaku,
cukup untukku bertemu dengan Plato dan pemikirannya tentang cinta sendiri.
Saat kutemukan samudera indah disepasang mata
yang ingin kuarungi dengan seluruh waktu nafasku.
Sesuatu telah membuatnya dengan pesona.
Dan tanpa ragu kuambil tuk taklukkan pandangannya;
agar perahu kecilku semakin dekat dengan hatinya.
Sesekali kumampu menggugah sombongnya ombak,hujan dan malam
yang berkacak pinggang menatapku remeh.
Tak jarang kuteguk asinnya dan merasakan pedih dari luka yang tak kudsadari.
Meski akhirnya aku berakhir seperti karang
yang tak pernah terlihat oleh matahari;
Menemanimu dan mengagumimu diam-diam dari bawah,
Hingga duduk sendiri dengan cintaku,
cukup untukku bertemu dengan Plato dan pemikirannya tentang cinta sendiri.
"Pemburuhku tampan sekali" (30/07/03) 02:20
Aku diburuh oleh sang waktu; atas permintaan dia.
Dikejar-kejar dibawah mentari dengan telanjang kaki,
mengendap-endap dibawah rembulan malam;
itupun dengan merangkak....
Dan sesekali menipu waktu tuk mengambil jatah nafasku hari ini.
Sebagai buruan aku tipe ideal untuk kalah.
Tidak ada sayap untukku terbang jauh dari mata si pemburuh,
dan tidak ada kuasa untuk terlepas dari incarannya.
Meski tak berdaya dibuatnya, bahkan aku harus memangkas egoku;
Senang mengetahui aku diburuh karena cinta.
Dikejar-kejar dibawah mentari dengan telanjang kaki,
mengendap-endap dibawah rembulan malam;
itupun dengan merangkak....
Dan sesekali menipu waktu tuk mengambil jatah nafasku hari ini.
Sebagai buruan aku tipe ideal untuk kalah.
Tidak ada sayap untukku terbang jauh dari mata si pemburuh,
dan tidak ada kuasa untuk terlepas dari incarannya.
Meski tak berdaya dibuatnya, bahkan aku harus memangkas egoku;
Senang mengetahui aku diburuh karena cinta.
"Cupid dan Anak Panahnya" (14/03/03) 08:00
Pernah kutemukan sebuah anak panah, saat bermain dihalaman sekolah.
Antara ragu, takut, dan rasa ingin tahu kupastikan tipisnya perbedaan yang ada;
sebelum anak panah itu benar-benar kusentuh.
Ada senyum yang menghitung kepuasan saat benda itu dalam genggaman.
Kutelusuri setiap lekukannya, sambil berdebat dalam hati;
Mungkinkah ada seekor rajawali yang terbang sendiri karena panah ini?
Ataukah panah ini sedang mencari tujuannya?
Aku dibiarkan mengira-ngira dan bermain dengan imajinasiku,
Sampai sebuah tangan memastikannya berpindah dengan segera....
Katanya karena anak panah itu tidak melukaiku,
maka aku tidak harus menahannya dalam genggaman.
Dalam kebingungan; kisah hari ini semakin sering kutemui.
Apakah anak panah itu tersesat lagi? Tak kutahu pasti!
sampai akhirnya kisah Cupid membawamu padaku.
Saat dia membentangkan busur agar anak panahnya membawa pasangan
dari jiwa yang kesepian.........aku jadi tahu.......
"Panah itu akan menyentuh rasa sakit tapi menyembuhkan jiwa yang jatuh cinta"
Antara ragu, takut, dan rasa ingin tahu kupastikan tipisnya perbedaan yang ada;
sebelum anak panah itu benar-benar kusentuh.
Ada senyum yang menghitung kepuasan saat benda itu dalam genggaman.
Kutelusuri setiap lekukannya, sambil berdebat dalam hati;
Mungkinkah ada seekor rajawali yang terbang sendiri karena panah ini?
Ataukah panah ini sedang mencari tujuannya?
Aku dibiarkan mengira-ngira dan bermain dengan imajinasiku,
Sampai sebuah tangan memastikannya berpindah dengan segera....
Katanya karena anak panah itu tidak melukaiku,
maka aku tidak harus menahannya dalam genggaman.
Dalam kebingungan; kisah hari ini semakin sering kutemui.
Apakah anak panah itu tersesat lagi? Tak kutahu pasti!
sampai akhirnya kisah Cupid membawamu padaku.
Saat dia membentangkan busur agar anak panahnya membawa pasangan
dari jiwa yang kesepian.........aku jadi tahu.......
"Panah itu akan menyentuh rasa sakit tapi menyembuhkan jiwa yang jatuh cinta"
"Hitamnya Inginku" (07/04/05) 15:15
Keinginan hitamnya aku;
Mengubahmu sewarna dengan cairan yang mengalir dalam tubuhku.
Memastikan bahwa tidak ada sungai dan lautan yang menerimamu;
sebaik ragaku.
Mencintaimu dengan hati yang bekerja tanpa hentinya;
kulakukan disepanjang nafasku.
Agar bisa bersama dalam satu kehidupan denganmu;
menjadi doa hitam cintaku pada-Nya.
Meski kutahu pasti putih adalah warnamu, dan perbedaan itu
akan meminta banyak pengorbanan diluar kesanggupanku...
Tetap saja kubiarkan kau mengalir seperti darah dihatiku,
tak perduli warnamu dapat membunuhku perlahan-lahan.
Keinginan hitamnya aku;
Bisa mengubahmu semerah darah dan cinta di hatiku untukmu.
Mengubahmu sewarna dengan cairan yang mengalir dalam tubuhku.
Memastikan bahwa tidak ada sungai dan lautan yang menerimamu;
sebaik ragaku.
Mencintaimu dengan hati yang bekerja tanpa hentinya;
kulakukan disepanjang nafasku.
Agar bisa bersama dalam satu kehidupan denganmu;
menjadi doa hitam cintaku pada-Nya.
Meski kutahu pasti putih adalah warnamu, dan perbedaan itu
akan meminta banyak pengorbanan diluar kesanggupanku...
Tetap saja kubiarkan kau mengalir seperti darah dihatiku,
tak perduli warnamu dapat membunuhku perlahan-lahan.
Keinginan hitamnya aku;
Bisa mengubahmu semerah darah dan cinta di hatiku untukmu.
"Kau dan Malaikat"(19/04/04) 22:17
Tuhan pasti menghabiskan banyak waktu ketika menciptakanmu.
Lihat saja sentuhan dua jari-Nya dipipimu
dan senyummu yang santun; saat berdiri didepan pintu hatiku.
Dan pandainya kau menghadirkan kata-kata;
saat mulutmu mampu berbijak dengan pujian.
Dengan mata lelaki tapi tidak liar;
kau beramah tamah dengan jiwaku.
Dan meski tidak putih penuh;
kau kenalkan si eros padaku.......
menyentuhku tanpa bermaksud menghitamkanku.
Kau bahkan yakinkan aku bahwa;
Tuhan pun menyediakan hari khusus saat menciptakanku untukmu.
Sekarang kuyakin bahwa Tuhan benar-benar telah memberimu sebuah sayap.
Lihat saja sentuhan dua jari-Nya dipipimu
dan senyummu yang santun; saat berdiri didepan pintu hatiku.
Dan pandainya kau menghadirkan kata-kata;
saat mulutmu mampu berbijak dengan pujian.
Dengan mata lelaki tapi tidak liar;
kau beramah tamah dengan jiwaku.
Dan meski tidak putih penuh;
kau kenalkan si eros padaku.......
menyentuhku tanpa bermaksud menghitamkanku.
Kau bahkan yakinkan aku bahwa;
Tuhan pun menyediakan hari khusus saat menciptakanku untukmu.
Sekarang kuyakin bahwa Tuhan benar-benar telah memberimu sebuah sayap.
Sabtu, 19 September 2009
"Khabar Angin" (31/03/05) 18:50
Kudengar air laut itu adalah kumpulan tangisan.
Seluruh keasinannya adalah asinnya air mata.
Sedalam jauhnya adalah sejauh jaraknya ke dasar hati.
Sepenuh birunya adalah sebiru kisahnya yang menyayat hati.
Setengah dari ketenangannya adalah kemampuannya
menenangkan jiwa setelah badai.
Sebesar ombaknya adalah sebesar egonya yang terluka
saat cinta berakhir.
Dan seluas tempatnya adalah selapang hatinya untuk memaafkan.
Setiap pemilik hati pernah mengasoh disana,
tidak lama dan tidak juga tergesa-gesa.
Meski bukan tempat yang adil benar tapi layak dikunjungi
siapapun yang mengenal cinta dan memahami esensinya.
Seluruh keasinannya adalah asinnya air mata.
Sedalam jauhnya adalah sejauh jaraknya ke dasar hati.
Sepenuh birunya adalah sebiru kisahnya yang menyayat hati.
Setengah dari ketenangannya adalah kemampuannya
menenangkan jiwa setelah badai.
Sebesar ombaknya adalah sebesar egonya yang terluka
saat cinta berakhir.
Dan seluas tempatnya adalah selapang hatinya untuk memaafkan.
Setiap pemilik hati pernah mengasoh disana,
tidak lama dan tidak juga tergesa-gesa.
Meski bukan tempat yang adil benar tapi layak dikunjungi
siapapun yang mengenal cinta dan memahami esensinya.
"Haruskah aku yang mulai?" (28/01/04) 22:00
Hanya terkagum saja tidak cukup,
Tersenyum pun juga tidak menolong,
Memuji bahkan menambah beban.
Beramah tamah dengan pesona pun....
tidak cukup berbelasungkawa dengan hatiku:
yang terluka dan hampir mati karena menunggu sebuah kata.
Mengirim salam bisa buatku mati mendadak,
curi tatapan pun hanya merusak aku.
Memberi bunga kuning?????
Bisa-bisa menunggu seribu tahun untuk bisa bertandang ke jiwamu.
Apalagi menjengukku sambil berkata;
"semoga cepat sembuh"
Adalah cara yang salah untuk temani aku menangis
dan cara terkonyol untuk katakan cinta.
Tersenyum pun juga tidak menolong,
Memuji bahkan menambah beban.
Beramah tamah dengan pesona pun....
tidak cukup berbelasungkawa dengan hatiku:
yang terluka dan hampir mati karena menunggu sebuah kata.
Mengirim salam bisa buatku mati mendadak,
curi tatapan pun hanya merusak aku.
Memberi bunga kuning?????
Bisa-bisa menunggu seribu tahun untuk bisa bertandang ke jiwamu.
Apalagi menjengukku sambil berkata;
"semoga cepat sembuh"
Adalah cara yang salah untuk temani aku menangis
dan cara terkonyol untuk katakan cinta.
Kamis, 17 September 2009
"Aku dan Pohon" (28/03/05) 24:30
Daun membutuhkan keberanian besar untuk bisa meninggalkan pohon.
Dan aku adalah daun yang tak ingin meninggalkan pohon,
sampai waktuku habis dijemput musim.
Setiap hari aku berjuang untuk memegang tangan pohon dengan erat;
kala angin yang tadinya teman untuk bermain,
tiba-tiba bermaksud untuk membawaku pergi.
Matahari yang membantu aku dan pohon untuk tumbuh semakin
erat dalam rasa ini, justru tadi siang panas teriknya berusaha merampas setiaku;
mencoba buatku layu dan setengah mengering.
Sementara hujan tadinya bantu selamatkan hatiku dihari-hari buruk bersama pohon;
kemarin mulai mengancam jiwa daun, saat candanya makin kasar.
Tak peduli apa yang kuhadapi karena mencintai pohon.
Tapi daun ingin menemani pohon....sampai warna hijauku menguning,
mengering, dan menghilang tanpa dikenang siapapun selain pohon.
Dan aku adalah daun yang tak ingin meninggalkan pohon,
sampai waktuku habis dijemput musim.
Setiap hari aku berjuang untuk memegang tangan pohon dengan erat;
kala angin yang tadinya teman untuk bermain,
tiba-tiba bermaksud untuk membawaku pergi.
Matahari yang membantu aku dan pohon untuk tumbuh semakin
erat dalam rasa ini, justru tadi siang panas teriknya berusaha merampas setiaku;
mencoba buatku layu dan setengah mengering.
Sementara hujan tadinya bantu selamatkan hatiku dihari-hari buruk bersama pohon;
kemarin mulai mengancam jiwa daun, saat candanya makin kasar.
Tak peduli apa yang kuhadapi karena mencintai pohon.
Tapi daun ingin menemani pohon....sampai warna hijauku menguning,
mengering, dan menghilang tanpa dikenang siapapun selain pohon.
"Pertama Kalinya" (02/02/05) 24:00
Aku seperti burung yang belajar terbang...
Dan untuk pertamakalinya aku terbang karena kau.
Kedua sayapku kubentangkan selebar mungkin,
agar kekosongannya dapat terisi penuh karena memelukmu.
Kutinggalkan sarang yang aman dan nyaman;
tempat yang mengenalku dengan baik, demi sebuah sangkar dihatimu.
Tak pernah kukuatir jika tidak ada jaminan untuk senyum seperti dulu.
Selama aku masih bisa terbang bersama mu dan
melihat kebahagian itu lebih dekat dari sebelumnya.
Bahkan sebuah resiko bahwa aku tidak bisa kembali ke rasa awal
ketika pertamakalinya memiliki sayap; kuambil tanpa ragu.
sesekali kita memang sempat goyah, tapi kita selalu menemukan keseimbangan...
Setiap kali kita terbang melintasi awan pergumulan.
Tetapi mengetahui aku terkunci dihatimu dan terbang kelangit sembilam,
adalah cara teraman untuk belajar terbang.
Dan untuk pertamakalinya aku terbang karena kau.
Kedua sayapku kubentangkan selebar mungkin,
agar kekosongannya dapat terisi penuh karena memelukmu.
Kutinggalkan sarang yang aman dan nyaman;
tempat yang mengenalku dengan baik, demi sebuah sangkar dihatimu.
Tak pernah kukuatir jika tidak ada jaminan untuk senyum seperti dulu.
Selama aku masih bisa terbang bersama mu dan
melihat kebahagian itu lebih dekat dari sebelumnya.
Bahkan sebuah resiko bahwa aku tidak bisa kembali ke rasa awal
ketika pertamakalinya memiliki sayap; kuambil tanpa ragu.
sesekali kita memang sempat goyah, tapi kita selalu menemukan keseimbangan...
Setiap kali kita terbang melintasi awan pergumulan.
Tetapi mengetahui aku terkunci dihatimu dan terbang kelangit sembilam,
adalah cara teraman untuk belajar terbang.
"Kukira Cinta" (21/04/01) 24:33
Karena kukira cinta seperti air; mengalir deras mengikuti alam.
Maka sejak awal kuminum sedikit demi sedikit,
agar bisa menaklukkan kekuatannya
dan keangkuhannya aliran sungai sekalipun;
dengan resiko terbawa hanyut bahkan tenggelam.
Si kecil aku mencoba melawan kekuatan bah nya
sambil berkacak pinggang....
Tapi semakin kutekuni kebiasaan itu,
aku justru tak bisa membendung riak-riak kecil
dari gejolak air yang tercipta tanpa kusadari dari setiap tegukanku.
Dan kini telah menjadi sebuah lautan.... membiru...mengasin...
yang kelak memberinya kesempatan menjadi samudra,
hingga aku akan terus haus dibuatnya.
Maka sejak awal kuminum sedikit demi sedikit,
agar bisa menaklukkan kekuatannya
dan keangkuhannya aliran sungai sekalipun;
dengan resiko terbawa hanyut bahkan tenggelam.
Si kecil aku mencoba melawan kekuatan bah nya
sambil berkacak pinggang....
Tapi semakin kutekuni kebiasaan itu,
aku justru tak bisa membendung riak-riak kecil
dari gejolak air yang tercipta tanpa kusadari dari setiap tegukanku.
Dan kini telah menjadi sebuah lautan.... membiru...mengasin...
yang kelak memberinya kesempatan menjadi samudra,
hingga aku akan terus haus dibuatnya.
"Tarian Jiwa" (30/10/03) 20:08
Aku adalah jiwa yang sedang menari diatas mimpi kekasihku.
Berhati-hati selalu kulakukan, agar gerakku tidak melukai jiwanya.
Menari dengan baik dan indah adalah prioritas jiwaku...
untuk kata bahagia yang terhadiahkan oleh cinta.
Berdiam diri sebentar, menjadi pilihan terbaik...
saat gejolak-gejolak emosi mulai menunjukkan kehebatannya,
untuk dapat mengendalikan tarianku.
Bertahan dalam posisi terbaik adalah ujian terberat...
yang ingin kutaklukkan untuk selamatkan mimpi-mimpi kami.
Dan setelah selesai menari, aku memilih untuk dengan tenang
bermimpi bersama kekasih....
Berhati-hati selalu kulakukan, agar gerakku tidak melukai jiwanya.
Menari dengan baik dan indah adalah prioritas jiwaku...
untuk kata bahagia yang terhadiahkan oleh cinta.
Berdiam diri sebentar, menjadi pilihan terbaik...
saat gejolak-gejolak emosi mulai menunjukkan kehebatannya,
untuk dapat mengendalikan tarianku.
Bertahan dalam posisi terbaik adalah ujian terberat...
yang ingin kutaklukkan untuk selamatkan mimpi-mimpi kami.
Dan setelah selesai menari, aku memilih untuk dengan tenang
bermimpi bersama kekasih....
"Jendela Jiwa" (01/07/03) 24:00
Aku selalu terbangun ketika jatuh cinta.
Karena kata orang mata adalah jendela jiwa,
maka membuka mata lebar-lebar selalu kulakukan;
ketika cemburu menyelinap masuk pintu rumahku.
Terjaga semalaman tak ragu-ragu kulakukan,
hanya agar aku tidak melewatkan cinta yang singgah
setiap saat tanpa kenal waktu.
Tapi saat patah hati, aku justru mulai bermimpi...
sehingga ketika rasa mencari sebuah pijakan untuk cinta,
yang memiliki sayap terbang tinggih dalam keabadian;
aku terkadang sudah terlalap karena lelah.
Apa yang hilang dalam pandangan tak kutahu,
tapi apa yang hilang dari hatiku selalu kutahu.
Karena saat itu terjadi aku telah terjaga dari tidurku;
memandang bagaimana hari ini berakhir...
Yah...aku kehilangan kesempatan bertemu wajah cinta hari ini.
Karena kata orang mata adalah jendela jiwa,
maka membuka mata lebar-lebar selalu kulakukan;
ketika cemburu menyelinap masuk pintu rumahku.
Terjaga semalaman tak ragu-ragu kulakukan,
hanya agar aku tidak melewatkan cinta yang singgah
setiap saat tanpa kenal waktu.
Tapi saat patah hati, aku justru mulai bermimpi...
sehingga ketika rasa mencari sebuah pijakan untuk cinta,
yang memiliki sayap terbang tinggih dalam keabadian;
aku terkadang sudah terlalap karena lelah.
Apa yang hilang dalam pandangan tak kutahu,
tapi apa yang hilang dari hatiku selalu kutahu.
Karena saat itu terjadi aku telah terjaga dari tidurku;
memandang bagaimana hari ini berakhir...
Yah...aku kehilangan kesempatan bertemu wajah cinta hari ini.
"Rahasia Semalam" (19/04/04) 24:21
Sebelumnya tak pernah kutahu apa yang kau bicarakan dengan Tuhan.
Karena saat kuberdoa disaat teduhku pagi tadi,
meski dengan mata tertutup aku tahu ada yang aneh
disenyum manis Tuhan untukku.
Ketika kubertanya sebabnya, dengan pesona agungNYA,
Dia tertawa kecil sambil mengingatkanku tentang payung;
karena hari ini akan turun hujan.
Saat canda-NYA bekerja dengan baik, akupun membuka payungku;
dan menangkap basah kekagumanku padamu...
tepat saat kau berada didepanku dan berbisik indah ditelingaku.
"Semalam aku meminta Tuhan agar aku dapat sepayung denganmu,
tidak saja hari ini tapi disepanjang hidupku".
Karena saat kuberdoa disaat teduhku pagi tadi,
meski dengan mata tertutup aku tahu ada yang aneh
disenyum manis Tuhan untukku.
Ketika kubertanya sebabnya, dengan pesona agungNYA,
Dia tertawa kecil sambil mengingatkanku tentang payung;
karena hari ini akan turun hujan.
Saat canda-NYA bekerja dengan baik, akupun membuka payungku;
dan menangkap basah kekagumanku padamu...
tepat saat kau berada didepanku dan berbisik indah ditelingaku.
"Semalam aku meminta Tuhan agar aku dapat sepayung denganmu,
tidak saja hari ini tapi disepanjang hidupku".
"Dibibirmu kutitip Cintaku" (11/01/04) 18:35
Kutitipkan merahnya bibirku padamu;
dalam kebungkaman manis yang dapt membunuhku sekali kali!
Biarkan aku meraih hatimu lewat jalan sunyi
dalam keagungan malam;
tempat dimana rembulan turun ke bumi
dalam lembutnya kata sanjungan.
Simpanlah itu dalam waktu milikmu,
agar tidak menjadi kenangan.
Karena kelak dengan waktu punyaku...
aku akan kembali untuk titipan itu.
Tuk yakinkan bahwa merahnya telah menyatu dengan jantungmu;
Seperti bibirmu dijantungku.
dalam kebungkaman manis yang dapt membunuhku sekali kali!
Biarkan aku meraih hatimu lewat jalan sunyi
dalam keagungan malam;
tempat dimana rembulan turun ke bumi
dalam lembutnya kata sanjungan.
Simpanlah itu dalam waktu milikmu,
agar tidak menjadi kenangan.
Karena kelak dengan waktu punyaku...
aku akan kembali untuk titipan itu.
Tuk yakinkan bahwa merahnya telah menyatu dengan jantungmu;
Seperti bibirmu dijantungku.
"Hadiah" (22/03/04) 07:27
Kenalan adalah hadiah terindah dari perjalanan hidup,
yang hadir setiap kali berpapasan dengan waktu;
tepat saat kaki sejenak berhenti membuat jejak.
Bonusnya adalah saat cinta mencoba peruntungannya
lewat jalinan pertemanan.
Menyentuh sedih...menyentuh tawa...
hingga akhirnya kau tidak bisa meninggalkan semua pemberian itu.
Dan batas memujapun terlampaui.
Tak peduli wajah mana yang berlakon...
tapi ketika waktu mampu menyaringnya,
dan perasaan itu tak pernah pergi.
Maka yang tertinggal adalah cinta sejatih.
yang hadir setiap kali berpapasan dengan waktu;
tepat saat kaki sejenak berhenti membuat jejak.
Bonusnya adalah saat cinta mencoba peruntungannya
lewat jalinan pertemanan.
Menyentuh sedih...menyentuh tawa...
hingga akhirnya kau tidak bisa meninggalkan semua pemberian itu.
Dan batas memujapun terlampaui.
Tak peduli wajah mana yang berlakon...
tapi ketika waktu mampu menyaringnya,
dan perasaan itu tak pernah pergi.
Maka yang tertinggal adalah cinta sejatih.
"Matahari dan Laut" (20/09/05) 10:10
Aku ingin bertemu matahari esok; seperti hari ini.
Meminjam catatannya tentang laut yang dikaguminya,
mendengar cerita-ceritanya bagaimana laut mencintainya.
Mencoba memaknai sebuah buku tentang perbedaan yang dicatatnya
dengan tidak terburu-buru.
Setinggih apapun dia bersinar, tak pernah dia melupakan laut
yang selalu menantinya disetiap senja.
Sementara; tidak ada bayangan wajah siapapun
yang diizinkan laut untuk menyentuhnya...
selain matahari kekasihnya.
Kau dan aku bukanlah matahari dan laut yang disatukan oleh senja.
Tapi cinta buat kita pahami satu hal; bahwa perbedaan itu indah.
Aku ingin bertemu matahari esok; seperti hari ini.
sekedar berterima kasih dan mengembalikan catatannya...
untuk bisa dibaca orang lain.
Meminjam catatannya tentang laut yang dikaguminya,
mendengar cerita-ceritanya bagaimana laut mencintainya.
Mencoba memaknai sebuah buku tentang perbedaan yang dicatatnya
dengan tidak terburu-buru.
Setinggih apapun dia bersinar, tak pernah dia melupakan laut
yang selalu menantinya disetiap senja.
Sementara; tidak ada bayangan wajah siapapun
yang diizinkan laut untuk menyentuhnya...
selain matahari kekasihnya.
Kau dan aku bukanlah matahari dan laut yang disatukan oleh senja.
Tapi cinta buat kita pahami satu hal; bahwa perbedaan itu indah.
Aku ingin bertemu matahari esok; seperti hari ini.
sekedar berterima kasih dan mengembalikan catatannya...
untuk bisa dibaca orang lain.
"Aku dan Angin" (05/01/06) 12:48
Aku dan angin tak mungkin bersatu;
karena aku berpijak dibumi sedangkan dia bergaul akrab dengan langit.
Dia bermain dengan awan yang terbang diketinggian,
dan aku tertawa bersama rumput;
yang hidupnya kian hari kian mendekati tanah.
Meski kisah ini terbilang nekad, namun cukup dengan dia
memandang ke bawah dan aku memandang ke atas;
Kami menyatu dalam pandangan.
Pernah angin merendah sekedar ingin menyentuh wajahku
dengan hembusan lembutnya, tapi sungai dan rumput
mengusirnya pergi dengan keangkuhan air dan tanah.
Aku pun berharap tangan nasib sekali saja...
melemparkanku sejauh mungkin ke udara,
biar cinta ini dapat kubisikkan pada telinga angkasa.
Sayang mimpi indah itu menjadi kenyataan pahit; aku dan angin.
Aku dan angin tak mungkin bersatu;
karena aku adalah kerikil kecil...
yang bersaudarakan sungai dan berteman dengan rumput.
karena aku berpijak dibumi sedangkan dia bergaul akrab dengan langit.
Dia bermain dengan awan yang terbang diketinggian,
dan aku tertawa bersama rumput;
yang hidupnya kian hari kian mendekati tanah.
Meski kisah ini terbilang nekad, namun cukup dengan dia
memandang ke bawah dan aku memandang ke atas;
Kami menyatu dalam pandangan.
Pernah angin merendah sekedar ingin menyentuh wajahku
dengan hembusan lembutnya, tapi sungai dan rumput
mengusirnya pergi dengan keangkuhan air dan tanah.
Aku pun berharap tangan nasib sekali saja...
melemparkanku sejauh mungkin ke udara,
biar cinta ini dapat kubisikkan pada telinga angkasa.
Sayang mimpi indah itu menjadi kenyataan pahit; aku dan angin.
Aku dan angin tak mungkin bersatu;
karena aku adalah kerikil kecil...
yang bersaudarakan sungai dan berteman dengan rumput.
"Titik" (07/02/06) 02:13
Aku sebelumnya hanya sebuah titik,
tidak tahu dari mana dan akan kemana.
Yang dengan seizin sebuah kuasa cukup punya kekuatan
untuk menarik diriku menjadi awal dari sebuah garis panjang.
Menjadi aku yang berbentuk dan berwarna...
diberkati dengan makna dan nilai diri.
Tidak ada nama hebat dan tidak dikenal tapi memiliki hidup,
adalah hak istimewah yang kuterima sejak aku meninggalkan titik.
Menjadi begitu berarti kurasakan dalam perjalanan ini,
karena setiap hari kulalui dalam proses.
Muatan didalamku penuh dengan syukur dan esensi kasih.
Aku tidak berangkat dari kertas putih,
juga tidak berangkat dari kertas hitam pekat
dan bermaksud menjadi garis hitam panjang.
Aku hanyalah sebuah titik yang berusaha memegang tanganNYA.
tidak tahu dari mana dan akan kemana.
Yang dengan seizin sebuah kuasa cukup punya kekuatan
untuk menarik diriku menjadi awal dari sebuah garis panjang.
Menjadi aku yang berbentuk dan berwarna...
diberkati dengan makna dan nilai diri.
Tidak ada nama hebat dan tidak dikenal tapi memiliki hidup,
adalah hak istimewah yang kuterima sejak aku meninggalkan titik.
Menjadi begitu berarti kurasakan dalam perjalanan ini,
karena setiap hari kulalui dalam proses.
Muatan didalamku penuh dengan syukur dan esensi kasih.
Aku tidak berangkat dari kertas putih,
juga tidak berangkat dari kertas hitam pekat
dan bermaksud menjadi garis hitam panjang.
Aku hanyalah sebuah titik yang berusaha memegang tanganNYA.
"Tentang Hidup" (06/01/06) 01:13
Aku sebangku dengan si Derita dalam sekolah kehidupan.
Duduk berdampingan tak buatku punya niat bergaul akrab dengannya.
Hadirnya selalu meninggalkan PR yang begitu menguras
pundi-pundi tenaga dan emosiku; yang tadinya penuh.
Dalam kurikulum kehidupan dia bukan mata pelajaran pilihan,
meski tidak ada kuasa buatku memilih rasa sakit dan tanggungannya.
Begitu perkasanya dia hingga kekuatan pria tak bisa menaklukkannya,
kesabarannya pun tak bisa disentuh oleh lembutnya wanita.
Dia datang tidak untuk bersahabat, pergi pun tidak membawa pulang seorang musuh.
Meski persepsi tentangnya begitu biru pekat......
tapi selalu ada tempat buatku sepaham dengannya.
Saat wajah si bijak yang dia tinggalkan, lebih sering kutemui dicermin kamarku.
Duduk berdampingan tak buatku punya niat bergaul akrab dengannya.
Hadirnya selalu meninggalkan PR yang begitu menguras
pundi-pundi tenaga dan emosiku; yang tadinya penuh.
Dalam kurikulum kehidupan dia bukan mata pelajaran pilihan,
meski tidak ada kuasa buatku memilih rasa sakit dan tanggungannya.
Begitu perkasanya dia hingga kekuatan pria tak bisa menaklukkannya,
kesabarannya pun tak bisa disentuh oleh lembutnya wanita.
Dia datang tidak untuk bersahabat, pergi pun tidak membawa pulang seorang musuh.
Meski persepsi tentangnya begitu biru pekat......
tapi selalu ada tempat buatku sepaham dengannya.
Saat wajah si bijak yang dia tinggalkan, lebih sering kutemui dicermin kamarku.
"Perjalanan" (02/09/05) 13:00
Aku telah berjalan sangat jauh,........
bahkan matahari hari ini tidak lagi mengenal ragaku.
Banyak sudah yang kulihat tentang musim semi serta kisah dibaliknya,
dan baru saja aku merampungkan catatanku tentang musim gugur.
Perjalanan ini tidaklah mudah,.......
karena aku harus memikul salib kehidupanku.
Dengan salib itu aku pernah mencapai setiap puncak gunung dihidupku,
bahkan dilembahpun salib itu tidak lebih ringan.
Tapi dengan salib itu aku jadi lebih mengenal tentang DIA.
Sekarang aku berada dipenghujung jalan, dengan setia yang sama
ketika pertama kalinya aku memikul salib karena mengasihiNYA.
Aku bahagia, DIA menantiku dipintu cahaya.
Meski kematian menyembunyikan jasadku, tapi roh ku bersama NYA
di hari DIA melepaskan salibku.
(this poetry presenting to my beloved grandfa who past away...Going back to Gods home)
We love you...See u there..
bahkan matahari hari ini tidak lagi mengenal ragaku.
Banyak sudah yang kulihat tentang musim semi serta kisah dibaliknya,
dan baru saja aku merampungkan catatanku tentang musim gugur.
Perjalanan ini tidaklah mudah,.......
karena aku harus memikul salib kehidupanku.
Dengan salib itu aku pernah mencapai setiap puncak gunung dihidupku,
bahkan dilembahpun salib itu tidak lebih ringan.
Tapi dengan salib itu aku jadi lebih mengenal tentang DIA.
Sekarang aku berada dipenghujung jalan, dengan setia yang sama
ketika pertama kalinya aku memikul salib karena mengasihiNYA.
Aku bahagia, DIA menantiku dipintu cahaya.
Meski kematian menyembunyikan jasadku, tapi roh ku bersama NYA
di hari DIA melepaskan salibku.
(this poetry presenting to my beloved grandfa who past away...Going back to Gods home)
We love you...See u there..
Langganan:
Postingan (Atom)