Senin, 28 September 2009

"Seatap"(26/01/06) 01:01

Hidup dan aku tinggal seatap.
Dia menjadi eksistensiku dan aku media tertingginya.
Kami terikat dalam satu paket esensi kehidupan, dan tidak dijual terpisah.
Selalu sejalan meski tak bergandengan tangan dengannya adalah potret hubunganku dengannya.
Meski saling membutuhkan aku tidak berani mengajaknya bercanda ataupun gegabah memegang tangannya.
Bukan karena wataknya yang serius, tapi saat dia bermain...
langit dihatiku bisa berawan bahkan runtuh.
Begitupun saat dia membelakangiku, maka ragaku akan lebih cepat dijemput bumi.
Tak terlalu dekat dan tak terlalu jauh menjadi jarak yang kubuat dengannya.
Bukan karena dia kejam saat bersekutu dengan takdir,
Bukan pula dia begitu manis saat membawa berkat sorgawi.
Tapi lebih daripada penghormatanku pada kehidupan
dan syukur pada Dia yang menyatukan kami.
Aku menghargai hidup beserta segala pemberiannya
dan hidup memperlakukanku dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar